Saturday, February 14, 2009

Ketika aku bertemu Cinta...

Sekali lagi, Cinta telah datang di pintu hatiku. Dari balik pintu kusambut dia dengan pelukan. Dari balik bahu Cinta aku melihat Kepedihan itu mengintip.

Oh, betapa hangat pelukmu, CInta. Namun aku tahu betapa hampa peluk yang ku sajikan kepadamu. Kupersilakan elok tubuhmu meregangkan penat perjalananmu di sofa ruang hatiku. Dan penuh keraguan, kucermati setiap inci tubuhmu.

Kau letakkan cangkir teh yang kusajikan tadi dan mulai memecah keheningan, "Apa kabar, Kasih? Akhirnya aku bisa mencintaimu lagi!". Begitulah ketulusan cintamu mencabik semua pertahananku. Begitulah Kepedihan itu seketika berdiri diantara kita. Menghadap Padaku!

Dan aku tersungkur, berlutut memohon kepada Kepediha untuk meninggalkanku. Aku menarik-narik ujung jubahnya dengan tangis merintih kesakitan.

"Kumohonkan, wahai Kepedihan. Bergeraklah! Menyingkirlah dari padaku serta pandanganku! Biarkan aku bisa menatap Cinta di hadapan ku kini!"

"Tidak!", Kepedihan menjawab dengan nada suaranya yang berat dan dalam. Aku pun menengadah mencari mata dari Kepedihan.

Perlahan Kepedihan menoleh kepadaku. Menatap jauh kedalam mataku dengan tajam, lalu ia berbicara perlahan dan tegas, "Tak akan kubiarkan lagi kehangatan yang pernah kau miliki hadir lagi dalam hatimu, wahai menusia. Tak ingatkah kau apa yang pernah dilakukan Cinta yang lalu kepadamu?!! Tak ingatkah kau betapa hancurnya kau saat Sang Harapan menggoreskan luka dihatimu dengan pergi meninggalkanmu? Masihkah kau belum belajar, wahai manusia?!

Biarkan kesendirianmu ini tetap tanpa ketakutan. Ketakutan akan saat dimana kau akan meringkuh lagi dalam kegelapan, menangisi apa yang akan kau terima sekarang. Bukankah ini yang kau inginkan? Bukankah ini lebih indah daripada harus terikat semua ketakutan saat kau terbangun dari tidurmu dan dia tak lagi disampingmu, melainkan sedang menikmati mentari pagi bersama kekasih hati lainnya? Bukankah dengan begini kau lebih bebas?"

"TIDAK!!!" aku berteriak. "Kau tidak tahu sedikitpun apa yang aku rasakan. Kau tidak tahu sedikitpun tentang apa yang menjadi keinginanku, wahai Sang Kepedihan!"

Akupun jatuh lagi diatas kedua lututku. Merasakan hati yang bercampur amarah dan kesedihan. Air dari pelupuk mataku mulai membasahi lantai kayu yang menopangku. Sejenak hening meliputi seluruh ruangan. Hanya suara hujan yang mencurah diatas genting dan angin yang meniup daun jendela.

"Hatiku terlalu penuh kini," aku melanjutkan perlahan sambil terperi. "penuh dengan kesepian. Penuh dengan keinginan untuk membagikan rasa cinta yang telah terlalu sesak untuk hatiku menahannya.

Aku tahu betapa sakitnya yang pernah ku terima. Dan memang aku tak ingin merasakannya lagi. Tapi aku tak pernah merasakan kehangatan seperti yang telah tersimpan dalam hati Cinta selama ini. Ketulusan yang dipersiapkannya hingga melangkah di ampang pintu hatiku.

Aku pun tahu betapa kehangatan ini telah menghilang. Namun Cinta telah memercikkan lagi bara kehangatan yang dibawanya serta kedalam tungku hatiku. Dan ini adalah segalanya yang pernah aku cari.

Bukan! Bukan ini yang aku inginkan! Bukan kesendirian yang aku cari. Bukan kebebasan yang aku cari. Bahkan seorang pertapa pun membutuhkan kekasih. Aku tak ingin meringkuh lagi melawan sakit dalam kegelapan malam.

Dan aku tahu, wahai Sang Kepedihan. Dan aku percaya begitupun bahkan engkau pun tak tahu apa yang dipersiapkan Sang Mentari esok pagi untuk ku. Tapi aku yakin, apapun itu, aku tak peduli lagi kini. Karena bila Cinta bisa menunggu dengan sepercik kehangatan yang tersimpan rapi, hingga baranya bisa mencapai hatiku, seribu kepedihan seperti dirimu pun akan kutelan demi Cinta. Jadi, menyingkirlah daripadaku, wahai Kepedihan. Karena Cinta telah menghadapku kini! Dia telah menjemputku kini!"

Aku hendak berdiri menghadapi Kepedihan. Namun ku dapati dia telah pergi dari padaku dan Cinta telah berdiri di hadapanku. Mendekap pipiku dengan kuda tangan halusnya, serta menyeka air mata yang masih bergulir dari mataku.

"Sssshhh....," dengan lembut Cinta berkata, "Aku sudah disini sekarang, love. Tak ada lagi yang perlu kamu takuti. Hanya tinggal kita berdua kini. Tinggal kita berdua menghadapi semuanya. Bersama-sama..."

Lalu Cinta bersandar di dadaku. Mendekapku. Dan kurasakan kehangatan itu kembali lagi memancar dari padaku.

Medan, Val 2009

*For her who have saved the love in such a stormy years and opened it for me one more time...*

Sunday, September 21, 2008

To the owner of my heaven under her feet

May I lay down and cry
When the world seems so disputed?
May I release my anger
To a woman who have providing me with live?

When the most beautiful woman for every man has fallen
She has set her mind to deny existence of a human being
Should I defend her? Or should I dispute over her?

I have been damned
for defying the owner of my heaven
All this are the harvest of my past
I have provided the pain in my mother's heart
Then I have seen the anger once again

I may now leave this
Will it end her misery?
or will it add to hers?

I have planned for Love
should I retreat from it
Will it saved her?

Tuesday, September 16, 2008

Apa yang akan kita lakukan

Apa yang harus aku lakukan kini?
saat hati ini kembali rapuh
oleh perasaan yang seharusnya sudah lama mati

Ketika sebuah kepingan pedih terkumpulkan
membentuk sebuah hati yang penuh luka
mencoba kembali berdetak
menanti sebuah kejujuran atas sebuah cinta
mengalirkan kehangatan yang akan menghidupi hari

Haruskah kedamaian kematian terusik harapan?
Cukupkah harapan membawaku lagi kepada hidup?
Akankah hidup ini akan menjadi abadi
Dalam kehangatan cintamu?

Apa yang harus kulakukan kini,
ketika aku telah memilikimu?
Denyut jantung yang memacu kehidupan ku..
Hidup yang pernah diambil dariku

Yang aku tahu,
Kini tinggal engkau dan aku...
menghadapi kehidupan ini...
bersama menantang sesuatu yang baru...

Yang aku tahu,
aku harus melakukan ini...
demi kebahagiaan bersama mu...
demi kepedihan yang akan kita obati bersama
demi kedamaian yang kita bagi bersama...
dan bersama kita akan menemukan apa yang akan kita lakukan...

Its like

It's like rubbing the wind...
I can feel the breeze,
I can taste the calm,
I can fill my lungs...

It's like saving a dying bird
I wanted to treat it
I hope its not too late
I hope there still hope...

And its like loving thee...
I feel the joy
I taste the passion
I just lost the touch....

Sunday, September 14, 2008

Still blank....
Plenty of things need to be told...
not a single word comes to my pen...

Wondering what is wrong...

Thursday, September 04, 2008

And I spoke about love...
what is love
and where to find love...

And I spoke of finding one...
over and over
one another it fails to show one...

And I thought I lost all...
the lady I bought has fails me
And I thought I have lost all...
I thought wrong...

Saturday, August 23, 2008

Yes and No

NO, I don't love you.
Yes, I do care for you.
and I envy him that you love him that much
You hold the love I search about only its his.

NO, I don't love you.
Its better to care for you
cause what is love when its just words
what is it when I can't show you the shape of it

Yes, I want you so much
Yes, I want your passion
No, I do not want you to want me
if your heart longing for him.

Its better to breath without you
than take you when you wanna take him.
Its better to see you fight for him
then i fight for you to fight your heart over him
No, I still am what you knew
Yes, I'd rather not seeing you anymore.