Wednesday, April 02, 2008

Hujan

Waktu hujan telah berlalu. Yang tersisa hanya genangan dan tetes air yang bergulir menyusuri tulang-tulang dedaunan. Perlahan mencari jalan menuju tanah yang basah. Hanya untuk meresap kedalam bumi dan hilang.

Murka langit dengan gemuruh telah lewat. Yang tersisa hanya sepi diantara deru angin yang berhembus kencang. Menyapu dedaunan yang gugur keatas jalanan becek. Meniup dingin yang menyesak ke tulang-tulang galauku.

Habis sudah. Semua telah keluar. Hanya tersisa letih atas semua yang telah terungkapkan. Dan Air di selokan mengalir deras. Semua menuju ke satu tempat yang aku tak pernah tahu dimana.

Bersihh sudah tersapu hujan. Hilang sudah tertiup angin. Siapa yang mengharap semua terjadi seperti ini. Semua harus terjadi dengan cara ini. Siang-siang telah berusaha menahannya untuk turun. Namun semakin siang membakar, semakin berat langit menahan hujan. Dan kini langit kembali cerah. menantikan bumi untuk membawakannya air kembali. Mencerahkan dahaga yang membakarnya dengan sinar mentari. Menanti angin membawakannya awan untuk kembali melepaskan dahaga bumi dengan hujannya.

No comments: